Saat ini sedang hangat hangatnya berita mengenai rencana pernikahan kedua pemeran utama drama seri Korea Descendants of the Sun. Bagi penggemar serial ini pastilah tahu bahwa pemeran utama adalah salah satu dari sekian dokter spesialis yang bertugas terutama di bagian Emergency (di Indonesia: Instalasi Gawat Darurat/IGD). Dalam menjalankan tugas kesehariannya, dokter di IGD tidak bisa bekerja sendiri, namun bahu membahu dengan perawat-perawatnya.
Kita kagum akan kerja dokter dan perawat di film serial tersebut, mengikuti dengan sungguh sungguh drama antar perawat-dokter dalam menangani berbagai penyakit pasien, salah satunya adalah kasus trauma. Di serial tersebut, seakan akan semua penyakit pasien dapat ditangani dengan mudah dan semua terasa mengalir. Namun tahukah bahwa proses tersebut bisa berjalan baik bila semua petugas medis tahu akan peran masing-masing dalam penanganan pasien dan terlatih untuk itu. Semua petugas medis haruslah tersertifikasi dan terlatih secara berkala, apalagi dalam penanganan yang menyangkut nyawa atau gawat darurat.
Namanya juga serial drama populer, jadi bila ada skenario dokter melakukan pijat jantung luar untuk pasien henti jantung, namun tempat yang dipijat adalah di perut, dianggap normal. Atau saat irama jantung pasien di monitor menunjukkan garis lurus (dalam isitilah medis: Asystole), tapi dilakukan kejut listrik, yang pada situasi medis nyata malah akan memperburuk keadaan pasien. Atau pemeran pria melakukan latihan fisik Pull-Up padahal di perut pasien ada luka yang baru saja dijahit ulang, yang pada situasi medis nyata akan membuka kembali luka tersebut.
Informasi medis dalam serial tersebut dapat menjadi bumerang bagi tenaga medis dengan pengetahuan minimal mengenai penanganan gawat darurat, yang mengikuti dengan intense drama seri tersebut. Informasi yang didapat dari serial tersebut dapat disalahartikan sebagai penanganan medis terkini yang perlu diikuti dan diterapkan dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyegaran pengetahuan medis dalam bidang kegawatdaruratan secara berkala dan dilakukan sertifikasi bagi petugas medis yang bekerja dalam bidang tersebut.
Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan no 129 tahun 2008, bahwa pemberi pelayanan gawat darurat harus 100% bersertifikat kegawatdaruratan (BLS/PPGD/GELS/ALS) yang masih berlaku, oleh karena itu IGD RSUD Sumbawa bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia dan Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang Sumbawa akan mengadakan pelatihan Basic Cardiac and Trauma Life Support (BCTLS) pada tanggal 27-29 Juli mendatang. Pelatihan ini ditujukan terutama bagi petugas medis yang bekerja di gawat darurat atau bagi mereka yang ingin meningkatkan pengetahuan di bidang tersebut.
Tentang Penulis
dr. Jollis, Sp.EM adalah kepala instalasi gawat darurat di RSUD Sumbawa, Menyelesaikan pendidikan spesialis emergency pada tahun 2011, menyelesaikan Emergency Medical Service (EMS) fellowship di singapore general hospital tahun 2016, dan fellowship in critical and emergency ultrasound tahun 2017 di Malaysia.
Waktu Pendaftaran
Kunjungan lapangan oleh Wakil Ketua 3 DPRD Kabupaten Sumbawa untuk meninjau langsung fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Sumbawa.
Kegiatan advokasi kerjasama ini bertujuan untuk pemeriksaan specimen jaringan histopatologi yang lebih akurat dan cepat.